Chapter 6: Fraud Prevention (Pencegahan Tindak Kecurangan)
Nama : Agustin Pratiwi Ayu Putri
NIM : C1C015099
CHAPTER 6
FRAUD PREVENTION
PENCEGAHAN TINDAK KECURANGAN
Sumber buku: Fraud
Accounting and Forensic Accounting (Fourth Edition) oleh Tommie W. Singleton
dan Aaron J. Singleton
A.
Pencegahan
Mencegah
kecurangan dapat dilakukan dengan melihat dan mengubah budaya perusahaan jika diperlukan.
Beberapa kegiatan dan sikap dapat membantu dalam mencapai tujuan ini.
1.
Struktur Tata Kelola Perusahaan
Berdasarkan
penelitian 72% kasus yang telah diidentifikasi chief executive officer (CEO), dan 43% chief financial officer (CFO) terlibat dalam penipuan. Selain itu,
menurut Wheel, Deal, dan Steal sebagian besar dewan diketuai oleh mantan CEO
atau CEO saat ini. Hal ini menimbulkan kelemahan sebagai berikut:
a.
Anggota dewan yang
tidak independen
b.
Anggota dewan didominasi
oleh orang dalam
c.
Anggota dewan
dengan kepemilikan ekuitas yang signifikan
d.
Anggota dewan yang
tidak berpengalaman
e.
Anggota dewan dan
komite audit tidak saling berkoordinasi
f.
Anggota komite
audit memiliki pengetahuan yang tidak memadaoi akan audit
g.
Tidak ada komite
audit
h.
Komite audit tidak
bertemu
i.
Para eksekutif
puncak terlibat dalam penipuan
SOX mengatasi
masalah ini dengan membutuhkan lebih banyak kemandirian dan keahlian, serta
sejumlah kegiatan lain yang berhubungan dengan tata kelola perusahaan yang
baik. SOX merekomendasikan tingkat interaksi yang tinggi antara komite audit
dengan auditor internal dan keuangan. Singkatnya, tata kelola perusahaan yang
baik mencakup anggota dewan yang aktif, berkualitas, dan independen dan
terutama komite audit.
2.
Pola Organisasi
Terlepas dari
struktur tata kelola perusahaan, gaya manajemen menentukan pola perusahaan. Hal
ini masih menjadi kunci untuk mencegah penipuan. Jika seseorang meninjau
skandal besar beberapa tahun terakhir, di hampir setiap kasus, seorang
eksekutif dilibatkan. Eksekutif itu biasanya tidak mempercayai orang dan
menyimpan sebanyak mungkin urusan keuangan yang disekresikan dari auditor. Jika
manajer kunci, dan dewan direksi terus berbicara mengenai masalah kecurangan dan
mendorong semua orang untuk mencegah ataupun mendeteksi tindakan tersebut, maka
perusahaan tersebut pada akhirnya akan mengembangkan budaya anti kecurangan.
3.
Tujuan Keuangan Realistis
Unsur penyebab
kecurangan lainnya yaitu tujuan yang terlalu optimis. Hampir setiap tujuan dan
strategi berfokus pada perolehan laba. Jika para pemimpin perusahaan dapat
menghindari penetapan tujuan keuangan yang tidak realistis, maka akan ada
sedikit tekanan pada eksekutif untuk mengambil jalan pintas untuk mencapai
tujuan keuangan tersebut. Menyeimbangkan tujuan tersebut dengan dampak negatif
yang mungkin mereka miliki adalah tugas yang sulit. Salah satu penyebab dari
penipuan adalah motivasi dan tujuan. Manajemen selalu dapat mengesampingkan
kontrol sehingga menimbulkan penyebab lain, yaitu adanya kesempatan.
4.
Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan
menentukan tujuan dan prinsip, sedangkan prosedur menentukan tindakan yang
diambil untuk meraih tujuan. Kebijakan dan prosedur mendokumentasikan tindakan
dan transaksi yang tidak etis, serta bagaimana pelanggaran akan diatasi. Jadi untuk
mencegah tindak kecurangan diperlukan kebijakan dan prosedur yang dibuat dengan
hati-hati. SOX pada dasarnya mewajibkan perusahaan publik untuk memiliki
kebijakan etika. Suatu entitas dalam mencegah kecurangan harus memiliki
kebijakan dan prosedur sebagai berikut:
a.
Tentukan tindak
kecurangan
b.
Jelaskan publikasi
dan mengkomunikasikan kebijakan
c.
Jelaskan
implementasi kontrol tersebut
d.
Jelaskan tindakan
yang harus dilakukan
e.
Jelaskan
langkah-langkah audit kecurangan
f.
Jelaskan pengujian
kontrol anti kecurangan
g.
Menetapkan
kebijakan dan prosedur investigasi
h.
Jelaskan tindakan
yang diambil dalam audit kecurangan
i.
Jelaskan analisis
bukti
j.
Jelaskan resolusi
untuk tindak kecurangan
k.
Jelaskan prosedur
pelaporan
Tetapi penciptaan
etika tertulis atau kebijakan penipuan tidaklah cukup. Sistem yang efektif
termasuk sarana untuk mengkomunikasikan kebijakan melibatkan semua orang.
Entitas harus mempertimbangkan elemen manusia dari budaya organisasi. Membangun
budaya anti penipuan yang sesuai dengan orang-orang, operasi bisnis, dan
organisasi secara keseluruhan akan memastikan bahwa penipuan dapat dikurangi
hingga tingkat yang dimungkinkan.
B.
Persepsi Deteksi
Hal yang dapat
dilakukan oleh setiap entitas untuk meminimalkan tindak kecurangan adalah
menemukan cara yang menguntungkan biaya untuk meningkatkan persepsi deteksi.
Beberapa cara untuk meningkatkan persepsi deteksi meliputi:
1.
Pengawasan
Seseorang harus
memastikan untuk memantau pengawasan sedemikian rupa sehingga orang akan
percaya bahwa akticitas yang mencurigakan sedamg ditindaklanjuti. Karyawan
tidak etis akan menguji efektivitas pengawasan untuk melihat apakah itu
benar-benar dipantau dan digunakan oleh seseorang untuk benar-benar menindak
lanjuti kecurigaan.
2.
Tips Anonim
Jika karyawan tahu
ada sistem tips anonim dan siapa saja melihat sesuatu yang mencurigakan, maka
ia mulai berfungsi sebagai pencegahan. Praktik terbaik untuk program tips
anonim mencakup keterlibatan manajemen yang tepat, penanganan keluhan secara
independen oleh pihak ketiga, dan menggunakan beberapa metode komunikasi.
3.
Audit Mendadak
Audit internal
adalah metode deteksi dengan peringkat tertinggi. Namun audit mendadak jauh
lebih efektif untuk dilakukan. Audit ini tidak hanya dapat melayani tujuan
serupa dalam mendeteksi kecurangan, tetapi juga tidak dapat dideteksi. Penipu
tidak tahu kapan auditor fraud akan muncul, sehingga mereka tidak dapat
mempersiapkan untuk menipu auditor.
4.
Penuntutan
Manfaat besar
dapat diperoleh dengan menuntut penipu sampai ke ranah hukum. Memang benar
bahwa ada beberapa risiko dalam pengadilan publik dan mungkin tuntutan tersebut
gagal. Tetapi sisi positifnya bukan hanya mendapatkan keadilan, namun mempertahankan
tingkat deteksi persepsi yang efektif.
5.
Penegakan Kebijakan Etika dan Penipuan
Suatu perusahaan
harus menentukan sebelumnya apa yang akan dilakukannya jika kecurangan terjadi
dan hukuman apa yang akan dijatuhkan. Kemudian perlu dipastikan untuk memantau
dan menindaklanjuti hukuman tersebut. Sulit untuk membuat keputusan semacam ini
setelah penipuan terjadi dan emosi dapat menghambat keputusan terbaik.
6.
Tangkap Aku Jika Bisa!
Anehnya, mungkin
persepsi terbesar dari ukuran pendeteksian adalah menangkap penipu, mengadilinya,
dan mempublikasikan apa yang telah dilakukan. Memberi imbalan kepada karyawan
yang berkontribusi untuk mendeteksi kecurangan berkontribusi pada budaya anti kecurangan.
C.
Pendekatan Klasik
Pendekatan klasik
sangat membantu dalam mengembangkan program pencegahan dan pengendalian
penipuan yang efektif. Pendekatan klasik teridri dari:
1.
Pendekatan Direktif
Pendekatan
direktif bersifat konfrontatif. Contoh pendekatan ini seperti ‘‘Jangan mencuri.
Jika kau melakukannya kami menangkap dan memecatmu!”. Ketika perusahaan
melakukan sedikit usaha pencegahan tindak kecurangan, mungkin pendekatan ini
dapat digunakan. Jika kecurangan terjadi manajemen mungkin akan memecat
karyawan tersebut dan mungkin tidak akan menuntut pelaku.
2.
Pendekatan Pencegahan
Dalam pendekatan
pencegahan, pelaku kecurangan diperiksa dengan berbagai cara. Kontrol internal
dapat digunakan dalam pendekatan pencegahan. Kontrol internal itu adalah
pemisahan tugas untuk mengurangi risiko penipuan.
3.
Pendekatan Detektif
Manajemen
menetapkan kontrol akuntansi dan fungsi audit internal untuk memantau potensi
kecurangan. Fungsi audit internal secara berkala memverifikasi keabsahan
transaksi dan menegaskan keberadaan aset.
4.
Pendekatan Observasi
Pendekatan
observasi bergantung pada pengamatan fisik aset dan karyawan. Manajemen
memantau perilaku karyawan untuk
mendeteksi aktivitas yang mencurigakan. Tingkat persediaan barang-barang
berharga dan portabel juga dimonitor secara langsung atau dengan cara lain.
5.
Pendekatan Investigatif
Berdasarkan hasil
investigasi, pendekatan investigasi menindaklanjuti ketidaksesuaian. Misalnya,
entitas akan menindaklanjuti dugaan pencurian. Untuk hal yang tidak
menguntungkan, atau menguntungkan perusahaan entitas akan menindaklanjuti untuk
menentukan sifat dan tingkat kerugian dan siapa pelakunya.
6.
Pendekatan Asuransi
Pendekatan ini
tergantung pada cakupan asuransi yang memadai untuk menutupi kerugian yang
mungkin terjadi karena penipuan.
D.
Tindakan Pencegahan Lainnya
Perusahaan harus
mempertimbangkan langkah-langkah pencegahan lainnya yang tepat yang akan
membuat karyawan ini bertanggung jawab untuk menangani aset berharga. Langkah
tersebut antara lain:
1.
Pemeriksaan Latar Belakang
Salah satu langkah
pencegahan yang berpotensi efektif adalah menggunakan pemeriksaan latar
belakang untuk karyawan. Pemeriksaan latar belakang bisa mengungkapkan catatan
kriminal dan/atau utang tinggi. Salah satu pengungkapan tersebut bisa menjadi
pembenaran untuk tidak mempekerjakan orang tersebut.
2.
Audit Reguler
Auditor datang
secara teratur merupakan langkah pencegahan. Jika auditor menggunakan beberapa
alat audit yang efektif dan teknik untuk mendeteksi kecurangan, langkah
pencegahan akan jauh lebih efektif. Kunci untuk efektivitas audit kecurangan
adalah untuk mengidentifikasi, meninjau, dan menganalisis anomali.
3.
Kontrol Internal
Kegiatan
pengendalian khusus dapat membatasi kesempatan untuk melakukan penipuan dan
lebih mudah diamati. Lingkungan pengendalian khususnya aktivitas pengendalian
antipenipuan, dapat bertindak sebagai tindakan pencegahan preventif. Secara
historis, kelemahan paling umum berkaitan dengan kecurangan dalam aktivitas
kontrol adalah pemisahan tugas yang tidak memadai dan tidak terpantau. Kontrol
internal terdiri dari:
a.
Prosedur otorisasi
yang tepat
b.
Dokumentasi yang
memadai, catatan, dan jejak audit
c.
Kontrol fisik atas
aset dan catatan
d.
Pemeriksaan
independen atas kinerja
e.
Pemantauan kontrol
4.
Pengabaian
Auditor fraud
menciptakan lingkungan yang harus bebas dari penipuan. Karena karyawan akan
sangat berhati-hati untuk tidak melakukan kecurangan selama waktu tersebut, pengabaian
berfungsi sebagai tolok ukur dari apa yang seharusnya diperoleh oleh entitas
dalam pendapatan. Dengan menganalisis pendapatan, auditor dapat menentukan
apakah kecurangan terjadi secara teratur di luar masa pengabaian.
E.
Siklus Akuntansi
Mempertimbangkan beberapa karakteristik umum
penipuan di bidang ini adalah cara untuk mengembangkan langkah-langkah
pencegahan yang efektif. Berikut ini beberapa contoh untuk mengilustrasikan
langkah-langkah pencegahan.
1.
Generalisasi
Pertama, harus
dicatat bagaimana transaksi dan siklus akuntansi secara spesifik. Hal ini dapat
disebabkan oleh industri, strategi, ukuran, budaya, struktur organisasi,
struktur modal, dan berbagai faktor lainnya. Fakta penting yang bisa diambil
dari ini adalah bahwa untuk mencegah atau mendeteksi kecurangan, orang harus
memahami proses yang mendasari dan lingkungan situasional.
2.
Siklus Penjualan
Bagi seseorang yang
menjalankan skema dalam jangka waktu yang panjang, dia tidak dapat mengambil
lebih dari satu hari atau lebih pada waktu libur kerja. Dua kemungkinan langkah
pencegahan adalah: (1) rotasi paksa tugas dan (2) cuti paksa. Pemisahan tugas
dapat membantu mencegah tindak kecurangan seperti pencabutan dan penghapusan
skema.
3.
Siklus Pembelian
Persentase
tertinggi kecurangan berkisar pada pengeluaran palsu. Banyak skema penipuan
dapat dihalangi oleh pemisahan tugas, seringkali merupakan langkah otorisasi
independen yang sederhana. Ukuran ini harus membantu mencegah gangguan pemeriksaan,
kesalahan palsu, dan pengembalian uang palsu, misalnya. Transaksi dengan pihak
terkait, baik dalam pengendalian pencegahan dan deteksi, harus diteliti dengan
hati-hati.
4.
Siklus Penggajian
Skema umum yang
perlu dipertimbangkan termasuk karyawan yang tak tampak. Pihak independen dapat
digunakan untuk menambahkan karyawan ke file penggajian resmi. Metode
pencegahan lain adalah mengecek silang penggajian terhadap catatan sumber daya
manusia (SDM) secara berkala. Seorang karyawan tak tampak ini ada di daftar
gaji tetapi bukan dalam data SDM. Rotasi paksa tugas dan cuti merupakan langkah
pencegahan yang baik. Poin penting lainnya adalah perhatian kepada orang-orang
yang terkait dengan organisasi. Proses perekrutan yang menyeluruh dapat menjadi
teknik pencegahan kecurangan yang efektif.
Komentar
Posting Komentar